Mengapa Perempuan Lebih Rentan Terkena IMS?

wpa, 01-01-1970.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, kasus infeksi menular seksual (IMS) terus meningkat, terutama di kalangan anak muda. Meski peningkatan IMS dialami oleh semua kelompok gender, ternyata kelompok perempuan lah yang paling berisiko terkena IMS. Menurut hasil penelitian pada November 2015 yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS), kasus klamidia, gonore, dan sifilis dilaporkan telah meningkat untuk pertama kalinya sejak 2006. BENTUK KONTRASEPSI NON-KONDOM SEPERTI IMPLAN INTRAUTERIN TELAH                                                                                                                               

SEMAKIN POPULER MENJADI. MESKIPUN KONTRASEPSI TERSEBUT MERUPAKAN CARA YANG EFEKTIF UNTUK MEMBANTU MENCEGAH KEHAMILAN, NAMUN TIDAK MELINDUNGI PEREMPUAN DARI IMS. 

Para ahli setempat mengatakan bahwa peningkatan kasus IMS ini bisa disebabkan oleh sejumlah faktor seperti kebiasaan seks kasual (berganti pasangan seksual) dan standar pendidikan seks yang tidak konsisten dan bahkan tidak ada di beberapa negara seperti di Indonesia. Aplikasi kencan sosial seperti Tinder dan Grindr, disebut-sebut berperan dalam meningkatnya hubungan seksual secara kasual dan bahkan anonim – karena pelaku tidak mengenal siapa pasangan seksualnya. 

Sebuah penelitian di New York University tahun 2013 menemukan bahwa Craigslist – yaitu situs iklan baris yang mengiklankan pekerjaan, rumah, iklan pribadi, barang dagangan, layanan, komunitas, konser musik, resume, dan forum diskusi – pun bertanggung jawab atas peningkatan 16% dalam kasus HIV antara tahun 1999 dan 2008 di 33 negara bagian di Amerika Serikat. 

Terlepas dari temuan di atas, para ahli percaya bahwa ada banyak anak muda yang tidak rutin melakukan tes IMS setiap tahun, dan karena tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Mereka juga seringkali terlalu yakin bahwa tubuh mereka “sehat”, karena tidak mengalami gejala yang signifikan, apalagi banyak IMS yang tidak menimbulkan gejala.

Kemajuan pengobatan infeksi menular seksual, termasuk HIV, tidak diragukan lagi merupakan kabar baik bagi kita semua. Namun, mereka mungkin juga memberi kesan yang salah pada laki-laki dan perempuan yaitu bahwa infeksi ini tidak lagi mengancam keselamatan jiwa. Akibatnya fatal, banyak lelaki dan perempuan yang memiliki sikap yang lebih santai tentang penggunaan kondom dan tes IMS serta HIV. Ini semakin diperparah oleh anggapan keliru bahwa seseorang dapat mengidentifikasi secara visual jika pasangan mereka memiliki IMS, padahal seseorang dapat terinfeksi tanpa menunjukkan gejala fisik apa pun.

Para ahli juga percaya bahwa perempuan berisiko tinggi terkena klamidia, sifilis, dan gonore karena beberapa alasan yaitu vagina perempuan lebih terbuka dan rentan terhadap penyakit menular seksual daripada anatomi lelaki, ini karena kulit yang menutupi penis lelaki membantu melindungi mereka dari beberapa IMS. Kemudian, beberapa perempuan mungkin merasa tidak nyaman (atau tidak mampu) untuk kukuh menggunakan kondom karena kentalnya budaya patriarki. 

Bentuk kontrasepsi non-kondom seperti implan intrauterin telah menjadi semakin populer. Meskipun pelindung tersebut merupakan cara yang efektif untuk membantu mencegah kehamilan, namun tidak melindungi perempuan dari IMS. Klamidia (IMS yang paling umum) dan gonore seringkali tidak menunjukkan gejala, di mana banyak infeksi yang tidak terdiagnosis.

Bagi perempuan, klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul atau kerusakan permanen yang serius pada sistem reproduksi, sehingga sulit atau tidak mungkin untuk hamil di kemudian hari. Klamidia juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik yang berpotensi fatal (kehamilan yang terjadi di luar kandungan). Sifilis, jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan.

Kabar baiknya, semua infeksi ini dapat disembuhkan dengan pengobatan, dan kita dapat mencegah komplikasi dengan mengetahui keberadaan infeksi ini lebih awal. Mengingat tingginya kasus IMS, laki-laki dan perempuan disarankan untuk melindungi diri mereka sendiri dan mencegah penyebaran IMS dengan melakukan seks yang aman. kesimpulannya, gunakan kondom dengan benar. Kaum lelaki harus memakai kondom secara konsisten dengan pasangan barunya dan jangan berhenti menggunakan kondom sampai kamu dan pasangan menjalani tes IMS dan HIV. 

Lakukan tes setidaknya setahun sekali. Siapapun yang aktif secara seksual harus menjalani pemeriksaan IMS secara teratur, terutama jika kamu belum pernah dites sebelumnya, baru saja putus atau bercerai, pernah berselingkuh atau pernah diselingkuhi, atau jika kamu memasuki hubungan seksual yang baru.


Sumber : Saya Berani dan Komisi Penanggulangan AIDS kota Bandung