Tes HIV

wpa, 28-10-2022.

Apa Tes HIV Itu? 

Tes HIV memberi tahu kita apakah kita terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS. kebanyakan tes ini mencari antibodi terhadap HIV. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman tertentu. Antibodi terhadap semua kuman berbeda, jadi bila ditemukan antibodi terhadap HIV dalam darah kita, artinya kita terinfeksi HIV. Ada juga jenis tes lain yang mencari tanda bahwa virus itu sendiri ada dalam darah, tetapi tes macam ini belum tersedia di Indonesia. 

Apa Proses Tes HIV?

Tes yang paling lazim untuk HIV adalah tes darah. Sekarang juga ada tes yang dapat menemukan antibodi dalam air seni, atau dalam cairan yang diambil dari dalam mulut (bukan air liur), digesekkan dari dalam pipi. Tes yang sering dipakai sekarang disebut tes cepat atau rapid test, yang mampu memberikan hasil dalam 20-30 menit setelah contoh darah atau cairan lain diambil.

Untuk tes darah, contoh darah kita diambil dengan jarum suntik sekali pakai, atau tetes darah diambil setelah jari kita ditusuk dengan jarum sekali pakai. Jika hasil tes pertama 'reaktif' (positif), hal ini menunjukkan kemungkinan kita terinfeksi HIV. Tetapi harus diulang sekali (jika kita memiliki gejala penyakit HIV) atau dua kali dengan cara yang berbeda untuk memastikan hasilnya benar, dan dapat dinyatakan 'positif'. Ini biasanya dilakukan oleh tempat tes tanpa kita ketahui. Hasil juga dapat dilaporkan sebagai 'non-reaktif' (negatif). Kadang-kadang laboratorium juga melaporkan angka non-reaktif (mis. 'non-reaktif, 0,34'). Angka ini tidak ada relevansinya sama sekali dan sebaiknya diabaikan.

Sebelum diambil darah, kita wajib diberi konseling oleh seorang konselor di antara yang lain, konseling ini akan memberi informasi tentang HIV dan AIDS, manfaat dan kerugian kita mengetahui apakah kita terinfeksi, dan bagaimana kita akan menganalisis dasar jika nanti hasilnya positif. Setelah itu, kita disetujui sebelum diambil darah (sering disebut informed consent). Kita juga wajib diberi konseling lagi oleh konselor yang sama saat hasilnya sudah ada. Hasilnya hanya boleh diberikan pada kita, dan tidak boleh diberikan pada orang lain tanpa persetujuan kita. Tempat melaksanakan tes bertanggung jawab untuk menjamin nama kita dan hasil tes tidak diketahui orang lain (konfidensialitas – lihat LI 813).

Namun, jika kita di bawah umur, orang tua atau wali kita boleh mewakili kita. Sayangnya, di Indonesia, tidak jelas berapa sebenarnya usia 'di bawah umur.' 

Hasil tes tidak wajib dilaporkan ke pemerintah. Ada beberapa tempat tes yang tidak mewajibkan kita memberi nama atau membaca. Ini disebut tes tanpa nama atau anonim. 

Bagaimana Kita Dapat Dites?

Semua rumah sakit rujukan AIDS (lebih dari 300 di seluruh Indonesia) dan satelitnya menyediakan layanan tes HIV, sering kali di klinik disebut VCT (konseling dan tes sukarela) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Daftar rumah sakit rujukan dapat dilihat di situs web Spiritia (lihat alamat di bawah) atau dari Komisi Penangulangan AIDS kota Bandung. Selain itu ada beberapa klinik lain yang menyediakan tes HIV, dan tes juga dapat dilakukan di beberapa laboratorium swasta, meski sering kali lab tersebut tidak menyediakan konseling. 

Tes kadang disediakan tanpa biaya, tetapi biasa harganya tidak lebih dari Rp 50.000. 

Siapa Dites?

Kita dapat terinfeksi HIV tanpa mengetahuinya. Kita mungkin tidak merasa sakit atau memiliki keluhan. Tetapi kita tetap bisa menularkan orang lain. Siapa pun yang aktif secara aktif atau menggunakan jarum suntik secara bergantian sebaiknya tes HIV secara berkala. Kemenkes mengusulkan semua ibu hamil yang ditawarkan tes HIV di layanan pranatal. Kalau kita ragu apakah ada kemungkinan kita terinfeksi HIV, sebaiknya dites. 

Kapan Kita Dites?

Jika kita terinfeksi HIV, biasanya sistem kekebalan tubuh baru membentuk antibodi tiga minggu hingga tiga bulan setelah kita terpajan. Masa ini disebut masa jendela. Jadi, jika kita merasa kita terpajan, atau melakukan perilaku berisiko tertular HIV, kita sebaiknya menunggu tiga bulan setelah peristiwa tersebut sebelum kita selesai. Kita juga dapat langsung tes, dan berulang kali tes tiga bulan setelah peristiwa (bukan setelah tes pertama). Selama masa jendela ini, tes antibodi akan menunjukkan hasil non-reaktif (negatif), tetapi walaupun, jika kita sudah terinfeksi kita dapat menularkan orang lain. Sebetulnya, selama masa awal infeksi ini, daya menular (lihat LI 166) kita paling tinggi sehingga kita lebih mungkin menularkan orang lain jika kita berperilaku berisiko.

Menurut pedoman Kemenkes RI, hasil tes HIV yang non-reaktif tiga bulan atau lebih setelah peristiwa berisiko berarti kita tidak terinfeksi HIV, atau dalam kata lain, kita HIV-negatif. Namun, sekali lagi, kalau kita ragu, jangan salah kalau tes ulang. 

Ada Tes yang Memberi Hasil Lebih Cepat? 

Tes viral load mencari potongan genetik HIV. Bibit ini terbentuk sebelum sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi. Tes viral load tidak biasa digunakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi, karena tes tersebut jauh lebih mahal dibandingkan tes antibodi. Tingkat hasil yang salah lebih tinggi, sehingga tes viral load tidak disetujui oleh Kemenkes sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia. 

Apa Artinya Jika Kita Positif?

Hasil positif atau reaktif berarti kita memiliki antibodi terhadap HIV, dan itu berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes yang harus disampaikan kepada kita oleh konselor, yang akan memberi tahu kita apa dampak pada kehidupan kita, dan bagaimana kita dapat memperoleh layanan dan dukungan kesehatan serta emosional. 

Hasil positif bukan berarti kita AIDS (lihat LI 101 untuk informasi lebih lanjut). Banyak orang positif tetap sehat untuk beberapa tahun, dan tentu saja tidak perlu langsung menggunakan obat apa pun.

Penerimaan diagnosis HIV sering kali sangat sulit. Namun kita tidak sendiri, dan bertemu dengan teman senasib dapat sangat membantu pada saat itu. Di beberapa daerah, teman-teman Odha sudah membentuk kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk memudahkan proses ini. Minta mengunjungi KDS terdekat oleh petugas klinik VCT. 

Apakah Kita Dapat Mempercayai Hasil Tes? 

Hasil tes antibodi untuk HIV adalah benar untuk lebih dari 99,5% tes. Sebelum kita diberi hasil positif, tes diulang sebagai konfirmasi. 

Ada beberapa keadaan khusus yang dapat memberikan hasil yang salah atau tidak jelas:

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HIV-positif dapat menunjukkan hasil positif untuk bulan karena antibodi ibu dialihkan ke bayi yang baru lahir. Walaupun bayi tidak terinfeksi, dia memiliki antibodi terhadap HIV dan hasil tes dapat reaktif sampai dia berusia 18 bulan. Tes lain, misalnya tes viral load, harus dipakai jika hasil yang benar-benar dibutuhkan lebih cepat. Lihat LI 613 untuk informasi mengenai diagnosis HIV pada bayi. 
Orang yang baru terinfeksi dapat menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika diabetes terlalu dini sejak terinfeksi HIV. 

Garis Dasar

Tes HIV biasanya mencari antibodi terhadap HIV dalam darah atau cairan tubuh lain. Bila kita terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh kita membuat antibodi ini untuk melawan HIV. Biasanya dibutuhkan tiga minggu hingga tiga bulan untuk membentuk antibodi tersebut. Selama masa jendela ini, tes kita tidak akan menunjukkan hasil positif walaupun kita terinfeksi. Tes HIV biasa juga tidak memberi hasil yang dapat dipastikan untuk bayi yang baru lahir pada ibu yang terinfeksi HIV. 

Hasil tes yang positif (reaktif) berarti kita terinfeksi HIV, tetapi tidak berarti kita AIDS. Jika kita memang HIV-positif, sebaiknya kita belajar tentang HIV, dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat melindungi kesehatan kita. 

Sumber informasi : spiritia.or.id